Ini adalah kisah para kurawa dan para para sekutunya. Berikut adalah seratus nama Kurawa:
Duryodana. Konon Kurawa awalnya dilahirkan dalam bentuk seonggok daging besar. Berkat keajaiban para dewata, maka daging tersebut pecah ke dalam seratus potongan dan potongan terbesar membentuk Duryudana. Potongan terbesar kedua membentuk Dursasana, sedangkan potongan terkecil membentuk satu-satunya kurawa wanita Dursilawati. Duryodana konon sewaktu kecil dimandikan dengan air sakti sehingga tidak dapat luka bila terkena pukulan sekeras apapun. Akan tetapi, siraman air sakti tersebut tidak sempurna karena paha kirinya tertutup daun jati, sehingga menjadi titik lemahnya. Rahasia ini diketahui Kresna, sehingga ketika terjadi peperangan antara Bima dan Duryudana, ia menyuruh Arjuna mendekat ke medan laga dan menepuk paha kirinya sebagai sinyal ke Bima bahwa kelemahan Duryodana adalah paha kirinya. Ia dikenal sebagai pemimpin yang ragu dan mudah terkena hasutan. Ketika Bisma dan Dorna menasehatinya untuk mengembalikan Amarta ke Pandawa, ia justru termakan hasutan Sangkuni untuk menolak permintaan Pandawa sehingga memicu perang Barathayuda. Ia memiliki anak Lesmana mandrakusuma yang tewas dalam perang Bharatayudha.

Dursasana. Ia adalah salah seorang Kurawa yang cukup terkenal. Badannya gagah, mulutnya lebar dan mempunyai sifat sombong, suka bertindak sewenang-wenang, menggoda wanita dan senang menghina orang lain. Ia mempunyai seorang istri bernama Dewi Saltani, dan berputra satu orang yakni Dursala. Ia berkediaman di wilayah Banjarjungut, peninggalan mertuanya. Ia tewas mengerikan dalam perang Bharatayudha karena darahnya dihirup oleh Bima dan ditampung ke dalam helm tentara untuk keramas rambut Drupadi.
Selanjutnya ada Abaswa, Adityaketu, Alobha, Anadhresya, Anudhara, Anuradha, Anuwinda, Aparajita, Aswaketu, Bahwasi, Balawardana, Bhagadatta, Bhima, Bhimabala, Bhimadewa, Bhimaratha, Carucitra, Citradharma, Citrakala, Citraksa, Citrakunda, Citralaksya, Citrangga, Citrasanda, Citrasraya, Citrawarman, Dharpasandha, Dhreksetra, Dirgaroma, Dirghabahu, Dirghacitra, Dredhahasta, Dredhawarman, Dredhayuda, Dretapara, Duhpradharsana, Duhsa, Duhsah, Durbalaki, Durbharata, Durdharsa, Durmada, Durmarsana, Durmukha, Durwimocana, Duskarna, Dusparajaya, Duspramana,
Dursilawati. Satu-satunya kurawa wanita yang terbentuk dari bagian daging terkecil. Ia merupakan istri Jayadrata yang dijodohkan oleh Sangkuni untuk menarik Jayadrata ke pihak Kurawa. Dursilawati dikenal sebagai penggoda dan pernah mendekati Arjuna walaupun gagal.
Selanjutnya ada Hayabahu, Jalasandha, Jarasanda, Jayawikata, Kanakadhwaja, Kanakayu, Kawacin, Krathana, Kundabhedi, Kundadhara, Mahabahu, Mahacitra, Nandaka, Pandikunda, Prabhata, Pramathi, Rodrakarma, Sala, Sama, Satwa, Satyasanda, Senani, Sokarti, Subahu, Sudatra, Suddha, Sugrama, Suhasta, Sukasananda, Sulokacitra, Surasakti, Tandasraya, Ugra, Ugrasena, Ugrasrayi, Ugrayudha, Upacitra, Upanandaka, Urnanaba, Wedha, Wicitrihatana, Wikala, Wikatanana, Winda, Wirabahu, Wirada, Wisakti, Wiwitsu, dan Wyudoru
Adapun adipati/senopati yang menjadi sekutu Kurawa adalah:
Adipati Karna. Ia adalah anak pertama Dewi Kunti, ibu dari para Pandawa. Sewaktu muda Kunti merawat Resi Duryasa sehingga memperoleh azimat yang dapat memanggil dewa dari kahyangan. Karena Kunti mengarahkan azimat tersebut ke matahari, maka Betara Surya datang sehingga Kunti hamil. Agar keperawanan Kunti tetap terjaga, maka ia melahirkan dari kuping sehingga bayinya disebut Karna. Sejak bayi ia diberikan zirah yang menempel di kulitnya dan dua buah anting di telinganya sebagai pertanda keturunan Betara Surya. Ia kemudian diasuh oleh sais bernama Adhirata hingga dewasa. Ia kemudian mengembara ke Astina dan berguru kepada Dorna, walaupun di kelas yang berbeda dengan Pandawa dan Kurawa. Ketika dewasa ia berhasil menandingi kecakapan yang dimiliki oleh Arjuna dan bahkan menantangnya untuk duel. Akan tetapi tantangan ini ditepis Dorna karena Karna berasal dari kasta rendah. Duryodana yang melihat kemampuan hebat Karna mengangkatnya menjadi Adipati di Awangga, agar mereka dapat melawan Arjuna suatu saat kelak. Menjelang perang Bharatayudha, ia dikunjungi oleh Betara Surya dan diingatkan agar tidak menyerahkan zirah dan anting-anting miliknya kepada Betara Indra kecuali ditukar dengan senjata Konta (Wijayandanu). Ketika pertemuan tersebut terjadi, Betara Indra bersedia menyerahkan senjata Konta (Wijayandanu) dengan catatan bahwa senjata tersebut hanya dapat dipakai sebanyak satu kali saja. Ia kemudian diminta oleh Kresna untuk bergabung dengan Pandawa, namun permintaan tersebut ditolaknya karena ia merasa dilecehkan oleh Pandawa, sedangkan Duryodana tidak membedakan statusnya ketika dia diangkat menjadi Adipati Awangga. Ia juga menolak permintaan ibunya Dewi Kunti agar ia mau bergabung dengan Pandawa dengan janji tahta Hastina ketika peperangan usai. Dewi Kunti kemudian memintanya untuk bersumpah tidak akan membunuh salah satu dari Pandawa. Karna menjawab bahwa anak Dewi Kunti akan tetap lima. Selama peperangan Bharatayudha ia ditolak mendampingi Bisma Dewabrata karena Bisma tahu jika kekuatan Adipati Karna digabung dengannya akan membunuh kelima Pandawa dengan mudah. Ia bersama Jayadrata dan sejumlah kurawa bertanding melawan Abimanyu di medan Kurusetra. Ia mematahkan busur Abimanyu dan melumpuhkan senjata-senjata Abimanyu sebelum disiksa oleh Jayadrata dan para kurawa sampai tewas. Ia terpaksa mengeluarkan senjata Konta (Wijayandanu) untuk melawan Gatotkaca karena ia dan pasukannya direpotkan oleh serangan-serangan Gatotkaca dari udara. Adipati Karna kemudian bertarung melawan Arjuna tanpa senjata Konta (Wijayandanu). Akan tetapi ia menunjukkan bahwa ia adalah kstaria yang unggul strategi dan taktik. Ia menyerang Arjuna dengan melukai badannya. Ternyata serangan tersebut hanyalah trik untuk mengalihkan konsentrasi Kresna dan Arjuna. Ia kemudian menyerang dengan panah ke arah kepala Arjuna, namun gagal karena Kresna segera mengetahui trik tersebut sehingga ia menjejakkan kakinya ke tanah agar kereta yang dinaikinya amblas ke dalam tanah. teknik tersebut menghindarkan serangan panah Karna dari kepala Arjuna. Karna akhirnya tidak dapat menghindar dari serangan Arjuna ketika keretanya terjebak di dalam lumpur.
Jayadrata. Ia diciptakan oleh Begawan Sapwani dari sisa “membran” Bima yang terkelupas setelah bertarung dengan Gajah Sena. Sepintas sosoknya mirip seperti Bima. Ia menikah dengan Dursilawati, kurawa wanita, ketika tengah menuntut ilmu di Astina. Ia memiliki senjata gada Kyai Glinggang yang diwariskan oleh Sapwani. Jayadrata dan Begawan Sapwani dikalahkan oleh Bima dalam perebutan Wahyu Trimanggolo, sebelum perang Bharatayudha, sehingga mereka bersumpah untuk membunuh satu anggota keluarga Pandawa. Ia terjun dalam peperangan karena ikatan keluarga dengan kurawa di Astina. Di sebuah pertempuran, ia dan beberapa kurawa menyiksa Abimanyu hingga tewas, sehingga membangkitkan amarah Arjuna. Ia disembunyikan oleh Dorna dan Karna di garis belakang, namun ketahuan oleh Gatotkaca dari udara. Berkat strategi perang Kresna, Arjuna bertemu Jayadrata di medan perang dan Jayadrata tewas oleh panah Pasopati.
Arya Sengkuni. Sewaktu mudanya ia bernama Trigantalpati. Ia adalah putra kedua Prabu Gandara, raja negara Gandaradesa dengan permaisuri Dewi Gandini. Arya Sengkuni menikah dengan Dewi Sukesti, putri Prabu Keswara raja negara Plasajenar. Ia memperoleh tiga orang putra bernama Arya Antisura, Arya Surabasa, dan Dewi Antiwati yang kemudian diperistri Arya Udawa, patih negara Dwarawati. Arya Sengkuni mempunyai sifat perwatakan tangkas, pandai bicara, buruk hati, dengki, dan licik. Ia bukan saja ahli dalam siasat dan tata pemerintahan serta ketatanegaraan, tetapi juga mahir dalam olah keprajuritan. Arya Sengkuni mempunyai pusaka berwujud Cis (Tombak pendek untuk memerintah gajah) yang dapat menimbulkan air bila ditancapkan ke tanah. Ia ahli strategi di pihak Kurawa. Arya Sengkuni mati dengan sangat menyedihkan di tangan Bima. Tubuhnya dikuliti dan mulutnya disobek. Mayat Sengkuni kemudian dihancurkan dengan gada Rujakpala milik Bima.
Salya. Ia adalah kakak dari Madrim, ibu Nakula dan Sadewa. Ia raja Mandaraka yang sakti mandraguna dengan aji Candrabirawa yang ia peroleh dari Begawan Bagaspati. Sewaktu muda ia dikenal dengan Narasoma dan berguru kepada raksasa bernama Bagaspati. Ia menikahi anak Bagaspati agar memperoleh aji Candrabirawa. Candrabirawa adalah raksasa perusak yang bersemayam di tubuh prabu Salya. Raksasa ini dapat berlipat ganda jumlahnya kalau ia dilukai. Raksasa ini hanya mematuhi perintah Salya seorang. Salya dipesan bahwa satu-satunya orang yang dapat mengalahkan dirinya dan aji Candrabirawa adalah bangsawan berdarah putih titisan Betara Dharma yang memiliki ketulusan hati yang sangat dalam. Sebuah sifat yang bertolak belakang dengan Candrabirawa yang destruktif. Ia menceritakan rahasia ini kepada Nakula dan Sadewa karena ia ingin Pandawa menang perang, walaupun ia terikat hubungan baik dengan Adipati Karna dan Destarata (ayah Duryodana). Dalam perang Bharatayudha ia berhasil menewaskan satria Wratsangka dari Wirata. Ia kemudian bertarung dengan Bima ketika terpaksa melepaskan aji Candrabirawa. Bima dan pasukannya kewalahan menangani Candrabirawa, sehingga Kresna membawa Yudistira maju ke medan perang. Salya yang enggan bertarung dengan Yudistira akhirnya tewas oleh Yudistira ketika panahnya memantul dan menembus jantungnya.
Burisrawa. Ia adalah anak Salya yang sangat sakti. Tubuhnya tinggi besar seperti raksasa namun perilakunya kasar dan tinggi hati. Ia pernah mencoba menculik istri Arjuna, Subadra. Aksinya digagalkan oleh Gatotkaca dan Antareja. Ia merupakan musuh bebuyutan Setyaki sejak kecil. Burisrawa akhirnya tewas ketika tengah bertarung dengan Setyaki. Kresna memanfaatkan panah Setyaki untuk dipakai oleh Arjuna. Arjuna yang tidak sadar dimanfaatkan oleh Kresna melepaskan anak panah tersebut ke medan perang dan membunuh Burisrawa.

0 Responses so far.

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.